Stay in touch
Subscribe to our RSS!
Oh c'mon
Bookmark us!
Have a question?
Get an answer!

MAKALAH COLLABORATIF LEARNING (KERJASAMA)

1 komentar
COLLABORATIVE LEARNING
(KERJASAMA)

Oleh Kelompok 2:
1. Winda Novelasari (201110182)
2. Mahfudha YN (201110184)
3. Riko Susanto (201110185)


PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ABDURACHMAN SALEH
SITUBONDO
2014




Kata Pengantar
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah, dan bimbingannya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah berjudul “PEMBELAJARAN COLLABORATIVE LEARNING (KERJASAMA)”. Penulisan makalah ini dimaksudkan guna memenuhi tugas kuliah studi Perencanaan Pembelajaran SD.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mendapatkan bantuan dan bimbingan secara langsung maupun tidak langsung dari Bapak dosen mata kuliah Perencanaan Pembelajaran SD yaitu Dodik Eko Yulianto, S.Pd, rekan serta kakak tercinta. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu. Semoga Tuhan memberikan anugerah yang setimpal.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Selanjutnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi tambahan pengetahuan dan memberikan manfaat bagi kita semua.



Situbondo, 9 Mei 2014

Penulis



BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Guru sebagai agen perubahan dalam proses pembelajaran dituntut untuk memiliki kompetensi pedagogik. Tercapainya kompetensi ini ditunjukkan dengan beberapa indikator antara lain menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar yang mendidik serta mengembangkan kurikulum terkait mata pelajaran yang diampunya. Oleh karena itu, menjadi keharusan bagi seorang pendidik untuk memahami konsep-konsep pembelajaran. Konsep pembelajaran yang diketahui oleh guru selanjutnya digunakan sebagai landasan untuk mengembangkan proses pembelajaran mereka.
Penggunakan metode ceramah dalam praktek pembelajaran di kelas, sering kali tak dapat dihindari oleh para guru. Selain itu, penggunaan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran saat ini pun banyak di implementasikan oleh para guru. Diskusi kelompok dalam hal ini guru mengkondisikan para siswa untuk bekerja sama menyelesaikan suatu tugas yang disebut Collaborative Learning. Strategi ini digunakan oleh para guru dengan maksud meningkatkan keaktifan belajar para siswa melalui kerja sama di dalam kelas. Dengan kata lain penggunaan kerja sama (collaborative learning) dalam pembelajaran dapat dikatakan pula sebagai sarana penerapan nilai kerjasama atau kekompakan dalam pendidikan karakter dan budaya bangsa.

1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Apa definisi dari pembelajaran Collaborative Learning?
1.2.2 Bagaimana penerapan Collaborative Learning di dalam kelas?
1.2.3 Apa saja macam-macam bentuk Collaborative Learning?
1.2.4 Apa kelebihan dan kekurangan Collaborative Learning?



1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi pembelajaran Collaborative Learning
1.3.2 Untuk memahami penerapan Collaborative Leraning di dalam kelas
1.3.3 Mengetahui dan memahami macam-macam bentuk Collaborative Leraning
1.3.4 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran Collaborative Learning

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pembelajaran Collaborative Learning
Menurut pendapat Keohane kolaborasi yaitu bekerja bersama dengan yang lain, kerja sama, bekerja dalam begian satu team, dan di dalamnya bercampur didalam satu kelompok menuju keberhasilan bersama. Sedangkan Gokhale mendefinisikan bahwa “collaborative learning” mengacu pada metode pengajaran di mana siswa dalam satu kelompok yang bervariasi tingkat kecakapannya bekerjasama dalam kelompok kecil yang mengarah pada tujuan bersama.
Dari pengertian kolaborasi yang diungkapkan oleh berbagai ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian Collaborative Learning (belajar kolaborasi) adalah suatu strategi pembelajaran di mana para siswa dengan variasi yang bertingkat bekerjasama dalam kelompok kecil kearah satu tujuan. Dalam kelompok ini para siswa saling membantu antara satu dengan yang lain. Jadi situasi belajar kolaboratif ada unsur ketergantungan yang positif untuk mencapai kesuksesan.
Belajar kolaboratif menuntut adanya modifikasi tujuan pembelajaran dari yang semula sekedar penyampaian informasi menjadi konstruksi pengetahuan oleh individu melalui belajar kelompok. Dalam belajar kolaboratif, tidak ada perbedaan tugas untuk masing-masing individu, melainkan tugas itu milik bersama dan diselesikan secara bersama tanpa membedakan percakapan belajar siswa.
Dari uraian diatas, kita bisa mengetahui hal yang ditekankan dalam belajar kolaboratif yaitu bagaimana “cara agar siswa dalam aktivitas belajar kelompok terjadi adanya kerjasama, interaksi, dan pertukaran informasi”.
 Strategi pembelajaran kolaboratif didukung oleh adanya tiga teori, yaitu:

1. Teori Kognitif

Teori ini berkaitan dengan terjadinya pertukaran konsep antar anggota kelompok pada pembelajaran kolaboratif sehingga dalam suatu kelompok akan terjadi proses transformasi ilmu pengetahuan pada setiap anggota.


2. Teori Konstruktivisme Sosial

Pada teori ini terlihat adanya interaksi sosial antar anggota yang akan membantu perkembangan individu dan meningkatkan sikap saling menghormati pendapat anggota semua kelompok.
3. Teori Motivasi

Teori ini teraplikasi dalam struktur pembelajaran kolaboratif karena pembelajaran tersebut akan memberikan lingkungan yang kondusif bagi siswa untuk belajar, menambah keberanian anggota untuk memberi pendapat dan menciptakan situasi saling memerlukan pada seluruh anggota dalam kelompok.
2.2 Penerapan Collaborative Learning Di Dalam Kelas
Salah satu upaya untuk mewujudkan suasana belajar yang memungkinkan peserta didik berkomunikasi secara baik adalah dengan menggunakan metode pembelajaran Collaborative Learning (pembelajaran kerjasama). Collaborative Learning merupakan salah satu bentuk dari pembelajaran Active Learning yang lebih menekankan kepada aktifitas dan kreatifitas siswa. Metode ini meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik aktif sejak awal melalui aktifitas-aktifitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu yang singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran.
Realisasi collaborative learning dalam pembelajaran adalah peserta didik dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang berbeda. Setiap kelompok diberi tugas untuk menyelesaikan suatu masalah dengan cara bekerja sama dengan seluruh anggota kelompoknya. Setiap anggota diharuskan aktif dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Guru memonitor jalannya kerjasama dan memberikan bimbingan jika menemukan kelompok yang kurang baik dalam bekerja sama. Pembelajaran dengan metode ini dilakukan dalam beberapa kali pertemuan, tergantung pada seberapa sulit masalah yang harus dipecahkan. Durasi pertemuan antar anggota kelompok maupun antar kelompok dalam bekerja sama akan memberikan pengaruh terhadap keberhasilan metode ini. Pertemuan kelompok yang teratur dalam jangka waktu tertentu akan dapat meningkatkan kesuksesan dibanding kelompok yang hanya bekerja sama kadang-kadang saja. Pembelajaran ini dirancang untuk memaksimalkan keberhasilan belajar secara kolaboratif dan untuk mengasah keterampilan kerjasama siswa dalam berinteraksi dengan teman-temannya, dan juga untuk meminimalkan kegagalan belajar yang dilakukan secara sendiri-diri.
Berikut ini langkah-langkah pembelajaran kolaboratif.
1) Para siswa dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas sendiri-sendiri.
2) Semua siswa dalam kelompok membaca, berdiskusi, dan menulis..
3) Kelompok kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi, mendemontrasikan, meneliti, menganalisis, dan memformulasikan jawaban-jawaban tugas atau masalah dalam LKS atau masalah yang ditemukan sendiri.
4) Setelah kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan masalah, masing-masing siswa menulis laporan sendiri-sendiri secara lengkap.
5) Guru menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya diupayakan agar semua kelompok dapat giliran ke depan) untuk melakukan presentasi hasil diskusi kelompok kolaboratifnya di depan kelas, siswa pada kelompok lain mengamati, mencermati, membandingkan hasil presentasi tersebut, dan menanggapi. Kegiatan ini dilakukan selama lebih kurang 20-30 menit.
6) Masing-masing siswa dalam kelompok kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi, dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan yang akan dikumpulan.
7) Laporan masing-masing siswa terhadap tugas-tugas yang telah dikumpulkan, disusun perkelompok kolaboratif.
8) Laporan siswa dikoreksi, dikomentari, dinilai, dikembalikan pada pertemuan berikutnya, dan didiskusikan.
Tiga bentuk pola pengelompokkan Collaborative Learning Di Dalam Kelas , yaitu:
a. The two-person group (tutoring)
Yaitu satu orang ditugasi mengajar yang lain. Jadi, siswa dapat berperan sebagai pengajar yang disebut tutor, sedangkan siswa yang lain disebut tutee.

b. The small group (interactive recitation; discussion)
Adalah cara penyampaian bahan pelajaran di mana guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan masalah.
c. Small or large group (recitation)
Yaitu suatu metode mengajar dan pengajar memberikan tugas untuk mempelajari sesuatu kepada pembelajar, kemudian melaporkan hasilnya. Tugas-tugas yang diberikan oleh pengajar dapat dilaksanakan di rumah, sekolah, perpustakaan, laboratorium, atau di tempat lain.
Ada lima elemen dasar yang dibutuhkan agar kerjasama dalam proses pembelajaran dapat sukses, yaitu :
a. Possitive interdependence (saling ketergantungan positif)
Yaitu siswa harus percaya bahwa mereka adalah proses belajar bersama dan mereka peduli pada belajar siswa yang lain. Dalam pembelajaran ini setiap siswa harus merasa bahwa ia bergantung secara positif dan terikat dengan antarsesama anggota kelompoknya dengan tanggung jawab menguasai bahan pelajaran dan memastikan bahwa semua anggota kelompoknya pun menguasainya. Mereka merasa tidak akan sukses bila siswa lain juga tidak sukses.
b. Verbal, face to face interaction (interaksi langsung antarsiswa)
Yaitu hasil belajar yang terbaik dapat diperoleh dengan adanya komunikasi verbal antarsiswa yang didukung oleh saling ketergantungan positif. Siswa harus saling berhadapan dan saling membantu dalam pencapaian tujuan belajar. Siswa juga harus menjelaskan, berargumen, elaborasi, dan terikat terhadap apa yang mereka pelajari sekarang untuk mengikat apa yang mereka pelajari sebelumnya.
c. Individual accountability (pertanggungjawaban individu)
Yaitu setiap kelompok harus realis bahwa mereka harus belajar. Agar dalam suatu kelompok siswa dapat menyumbang, mendukung dan membantu satu sama lain, setiap siswa dituntut harus menguasai materi yang dijadikan pokok bahasan. Dengan demikian setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari pokok bahasan dan bertanggung jawab pula terhadap hasil belajar kelompok.
d. Social skills (keterampilan berkolaborasi)
Yaitu keterampilan sosial siswa sangat penting dalam pembelajaran. Siswa dituntut mempunyai keterampilan berkolaborasi, sehingga dalam kelompok tercipta interaksi yang dinamis untuk saling belajar dan membelajarkan sebagai bagian dari proses belajar kolaboratif. Siswa harus belajar dan diajar kepemimpian, komunikasi, kepercayaan, membangun dan keterampilan dalam memecahkan konflik.
e. Group processing (keefektifan proses kelompok)
Yaitu kelompok harus mampu menilai kebaikan apa yang mereka kerjakan secara bersama dan bagaimana mereka dapat melakukan secara lebih baik. Siswa memproses keefektifan kelompok belajarnya dengan cara menjelaskan tindakan mana yang dapat menyumbang belajar dan mana yang tidak serta membuat keputusan-keputusan tindakan yang dapat dilanjutkan atau yang perlu diubah.
2.3 Macam-Macam Bentuk Pembelajaran Collaborative Learning
Ada banyak macam pembelajaran kolaboratif yang pernah dikembangkan oleh para ahli, tetapi hanya sekitar sepuluh macam yang mendapatkan perhatian secara luas, yaitu:
1. Learning Together
Dalam metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan siswa-siswa yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian didasarkan pada hasil kerja kelompok.
2. Teams-Games-Tournament (TGT)
Setelah belajar bersama kelompoknya sendiri, para anggota suatu kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh kelompok.
3. Group Investigation (GI)
Semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu penelitian beserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan melaksanakannya berikut bagaimana perencanaan penyajiannya di depan forum kelas. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok.
4. Academic-Constructive Controversy (AC)
Setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam situasi konflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan antarpribadi, kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan setiap anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.
5. Jigsaw Proscedure (JP)
Dalam bentuk pembelajaran ini, anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda tentang suatu pokok bahasan. Agar setiap anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian didasarkan pada rata-rata skor tes kelompok.
6. Student Team Achievement Divisions (STAD)
Para siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok saling belajar dan membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu siswa. Penilaian didasarkan pada pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok.

7. Complex Instruction (CI)
Metode pembelajaran ini menekankan pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika dan pengetahuan sosial. Fokusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan semua anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang bersifat bilingual (menggunakan dua bahasa) dan di antara para siswa yang sangat heterogen. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok.
8. Team Accelerated Instruction (TAI)
Bentuk pembelajaran ini merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif/ kolaboratif dengan pembelajaran individual. Secara bertahap, setiap anggota kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok. Jika soal tahap pertama telah diselesaikan dengan benar, setiap siswa mengerjakan soal-soal tahap berikutnya. Namun jika seorang siswa belum dapat menyelesaikan soal tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasarkan pada hasil belajar individual maupun kelompok.
9. Cooperative Learning Stuctures (CLS)
Dalam pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggota dua siswa (berpasangan). Seorang siswa bertindak sebagai tutor dan yang lain menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tutee. Bila jawaban tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan terlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua siswa yang saling berpasangan itu berganti peran.
10. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Model pembelajaran ini mirip dengan TAI. Sesuai namanya, model pembelajaran ini menekankan pembelajaran membaca, menulis dan tata bahasa. Dalam pembelajaran ini, para siswa saling menilai kemampuan membaca, menulis dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di dalam kelompoknya.
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Collaborative Learning
a. Kelebihan
• Siswa belajar bermusyawarah
• Siswa belajar menghargai pendapat orang lain
• Dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan rasional
• Dapat memupuk rasa kerja sama
• Adanya persaingan yang sehat
b. Kelemahan
• Pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang dari pokok persoalan.
• Membutuhkan waktu cukup banyak.
• Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan selalu tergantung pada orang lain.
• Kebulatan atau kesimpulan bahan kadang sukar dicapai.

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa collaborative learning merupakan salah satu strategi pembelejaran yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar. Dalam strategi tersebut lebih memfokuskan bagaimana memaksimalkan partisipasi dan keaktifan dalam pembelajaran serta bagaimana siswa dapat mengkonstruksi sendiri ilmu pengetahuan untuk menjadi miliknya. Dalam strategi ini, peran guru cenderung menjadi fasilitator, motivator, dan membimbing menemukan alternatif pemencahan bila terjadi siswa mengalami kesulitan belajar.
3.2 Saran
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi para pendidik untuk bisa menerapkan pembelajaran Collaborative Learning di dalam kelas. Agar tercipta suasana yang menyenangkan dan menggembirakan bagi siswa.

Daftar Pustaka
Hastuti, Sri. 1996. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru Slip Setara D-III.
Parwoto. 2007. Strategi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Smith, B. L., and MacGregor, J. T. (1992). "What is collaborative learning?" In Goodsell, A. S., Maher, M. R., and Tinto, V., Eds. (1992), Collaborative Learning: A Sourcebook for Higher Education. National Center on Postsecondary Teaching, Learning, & Assessment, Syracuse University.
Rockwood, H. S. III (1995a). "Cooperative and collaborative learning" The national teaching & learning forum, 4 (6), 8-9.




1 komentar: