Stay in touch
Subscribe to our RSS!
Oh c'mon
Bookmark us!
Have a question?
Get an answer!

DYSLEXIA

0 komentar
Disleksia (dyslexia) atau ketidakcakapan membaca dan menulis, adalah jenis lain dari gangguan belajar. Semua istilah disleksia ini digunakan di dalam dunia medis, tetapi saat ini digunakan pada dunia pendidikan dalam mengidentifikasi anak-anak bekecerdasan normal yang mengalami kesulitan berkompetisi dengan temannya di sekolah. Disleksia sangat umum didiagnosa dalam sejumlah besar ketidakmampuan belajar (learning disability), gangguan yang mengganggu aspek tertentu dari capaian sekolah, hasil prestasi yang jauh lebih rendah daripada yang diharapkan dari usia, kecerdasan dan jumlah jam sekolah seorang anak. Jumlah anak yang diklasifikasikan sebagai penderita ketidakmampuan belajar terus meningkat. Empat dari lima anak dengan ketidakmampuan belajar menderita disleksia. Estimasi penyebarannya mulai dari 5 sampai 17,5% populasi sekolah dan gangguan tersebut tampaknya tidak membedakan laki-laki dan perempuan dyslexia adalah ketidakmampuan belajar yang dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, mengeja suatu kata bahkan berbicara. Tingkat dyslexia yang bisa dialami seseorang dapat bervariasi, mulai dari yang ringan sampai berat. Akan tetapi semakin cepat dyslexia dapat terdiagnosa & diatasi, hasil yang diharapkan juga akan semakin terlihat. Dyslexia sendiri tidak disebabkan karena adanya gangguan pada telinga atau penglihatan, tetapi disebabkan karena otak mengalami gangguan untuk mengartikan gambar/image yang diterima oleh mata & telinga menjadi bahasa yang dimengerti. Pada orang yang mengalami dyslexia, maka kata-kata yang sederhana pun akan menjadi susah untuk dibaca, bahkan bila dilihat beberapa kali. Kata-kata yang terlihat juga dapat bercampur dengan kata-kata lain atau menjadi keliru dibaca, misalnya saja kata “nakal” menjadi “kanal” atau “dia” menjadi “adi”, dan huruf-huruf menjadi satu seperti tidak ada spasi. Bagi yang mengalami dyslexia, kadang susah untuk mengingat sesuatu yang mereka baca, kadang akan menjadi lebih mudah bagi mereka untuk mengingat apabila informasi tersebut dibacakan & didengar oleh mereka. A. Ada beberapa tipe dyslexia yang dapat mempengaruhi kemampuan mengeja & membaca beserta penyebabnya, seperti berikut : 1. Trauma dyslexia Biasanya terjadi akibat adanya trauma atau luka pada bagian otak yang mengontrol cara untuk membaca & menulis. 2. Dyslexi aprimer Dyslexia ini disebabkan karena tidak berfungsinya bagian otak kiri (cerebral cortex) & tidak berubah karena usia. Orang yang mengalami jenis dyslexia ini sangat jarang bisa membaca dengan lancar, bahkan hingga dewasa. Dyslexia primer ini dapat diturunkan secara genetik & biasanya lebih banyak dialami oleh pria daripada wanita. 3. Dyslexia sekunder Dyslexia jenis ini disebabkan oleh pembentukan hormon yang kurang sempurna pada saat perkembangan awal janin. Dyslexia sekunder ini akan menghilang seiring bertambahnya usia anak, serta lebih sering terjadi juga pada anak laki-laki. B.Jenis-Jenis gangguan kesulitan belajar Kebanyakan gangguan kesulitan belajar dibagi menjadi 2 yaitu verbal & non-verbal: 1. Gangguan secara verbal Orang yang mengalami gangguan kesulitan belajar jenis verbal akan mengalami kesulitan dengan kata-kata, baik secara lisan ataupun tulisan. Salah satu gangguan kesulitan belajar yang paling dikenal adalah dyslexia. Pada orang yang mengalami dyslexia, maka ia akan mengalami kesulitan untuk mengenal suatu kata atau memproses huruf dan bunyi yang berhubungan dengan kata tersebut. 2. Gangguan non-verbal Orang yang mengalami gangguan kesulitan belajar non-verbal akan mengalami kesulitan untuk memproses sesuatu yang mereka lihat, misalnya angka, tanda +, – , x atau : pada soal matematika. C.Gejala –Gejala Dan Tanda-tandanya 1. Pra sekolah, kesulitan lain a) Cepat dapat berjalan tetapi tidak merangkak, ngesot b) Mengenakan sepatu sering terbalik c) Lebih senang mendengar cerita dibanding melihat tulisan d) Sering seperti tidak memperhatikan e) Sering tersandung, jatuh, menabrak sesuatu saat berjalan f) Sulit melempar, dan menangkap bola, melompat, bertepuk tangan menurut irama 2. Usia sekolah, kemampuan berbahasa dan menulis a) Mengalami kesulitan membaca dan mengeja b) Salah menulis dan meletakkan gambar c) Sulit menghapal alphabet d) Huruf terbalik-balik, terutama “b” dan “d,” “tadi” dan “tapi” e) Menggunakan jari untuk menghitung f) Konsentrasi buruk g) Tidak mengerti apa yang dibaca h) Menulis lama sekali 3. Usia sekolah, kesulitan lain a) Sulit mengenakan tali sepatu b) Sulit membedakan kanan-kiri, urutan nama hari atau nama bulan c) Sulit membedakan kanan-kiri d) Hilang rasa percaya diri 4. Diagnosa Diagnosis dyslexia ditegakkan berdasarkan adanya perbedaan kemampuan intelegensi (yang menggambarkan kemampuan anak untuk belajar) dengan hasil yang diperoleh (yang menggambarkan prestasi anak sebenarnya). Walaupun demikian, tidak ada kesepakatan mengenai derajat perbedaan tersebut. Menurut kriteria, perbedaan tersebut adalah sekitar 15-30 point. Tentunya kemampuan intelegensi anak harus diuji untuk menyingkirkan kemungkinan retardasi mental. Selain itu, dilakukan juga pemeriksaan terhadap hal-hal yang mungkin merupakan penyebab kesulitan belajar, misalnya ada tidaknya ADHD, ada tidaknya gangguan mata dan telinga, atau penyakit lain. 5. Penatalaksanaan Sampai saat ini tidak ada pengobatan dengan obat. Terapi ditujukan untuk mengatasi kesulitan belajar yang spesifik, dan sangat individual. Kemudian dilakukan perubahan cara pembelajaran dan lingkungan untuk membantu anak secara khusus. Tahap pertama adalah menentukan diagnosis dengan benar, kemudian melakukan berbagai pemeriksaan psikologis dan fisik. Kemudian disusul evaluasi lengkap mengenai kelemahan dan kelebihan anak, tentunya dengan bantuan guru di sekolah. Setelah itu, dilakukan pertemuan antara orang tua, guru dan profesional untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam memperbaiki cara belajar anak secara individual. Orang tua juga diberi petunjuk bagaimana membantu anak di rumah. Harus diingat bahwa anak dengan dyslexia sering menunjukkan kemampuan luar bisa misalnya sangat inovatif, memecahkan masalah dengan sangat baik, kreatif dan berpikir lateral. Banyak orang disleksia menjadi orang sangat sukses. C. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak 1. Memahami Keadaan Anak Pahami mereka. Sebaiknya kita juga tidak membandingkan mereka dengan anak lainnya yang lancar membaca. Jangan memberikan latihan-latihan yang berat, seperti menulis kalimat yang panjang atau lainnya. Mulai saja dari latihan menulis yang pendek dan kata-kata yang disukai. 2. Menulis dengan Media Lain Anak yang mengalami disleksia, bukan berarti ia tidak pintar. Maka, tidak ada salahnya jika kita memberinya kesempatan untuk menulis di media lain seperti laptop, komputer, ataupun stiker yang berbentuk huruf. Anak akan lebih tertarik. 3. Membangun Rasa Percaya Diri pada Anak Jangan abaikan pujian. Pujilah dia setelah berhasil menuliskan kata dengan benar. Hal ini akan membangkitkan semangatnya untuk giat berlatih. 4. Merangsang Otak Anak dalam Membaca Untuk merangsang otak anak dalam membaca dan mendekatkan pada kesenangan membaca, kita dapat membacakannya dongeng sebelum tidur, mengajak anak ke toko buku, dan lain sebagainya. D. Orangtua atau guru dapat menduga seorang anak mengalami dyslexia, jika ia mengalami hal-hal berikut ini: 1. Kemampuan membaca yang buruk, meskipun memiliki kepintaran yang normal. 2. Kemampuan mengeja & menulis yang buruk. 3. Mengalami kesulitan untuk menyelesakan tugas atau tes sesuai batas waktunya. 4. Mengalami kesulitan untuk mengingat nama suatu benda. 5. Mengalami kesulitan untuk mengingat daftar tulisan atau nomor telepon. 6. Mengalami kesulitan dalam menentukan arah atau membaca peta. Jika ada seseorang yang mengalami masalah-masalah tersebut di atas, bukan berarti ia menderita dyslexia. Tetapi sebaiknya dilakukan tes untuk mengetahui kondisinya. Suatu pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya masalah medis, termasuk tes pendengaran & penglihatan. Kemudian psikolog sekolah atau orang yang ahli mengenai pembelajaran dapat memberikan tes terstandar untuk mengukur kemampuan berbicara, membaca, mengeja & menulis. E. Cara penanganannya: Jika anak terdiagnosa mengalami dyslexia atau gangguan kesulitan belajar lainnya, maka berikut beberapa tips untuk orang tua: 1. Selalu berikan dukungan pada anak. Memiliki dyslexia atau gangguan kesulitan belajar lainnya dapat membuat anak menjadi rendah diri. Berikan selalu dukungan & cinta untuk mendukung setiap kemampuannya. 2. Bicarakan dengan anak. Beritahukan kepada anak apa yang dimaksud dengan dyslexia, bahwa hal tersebut bukanlah suatu kesalahannya. Dengan membantu anak memahami hal tersebut, maka ia akan menjadi lebih mudah untuk mengatasi hal tersebut. 3. Buatlah keadaan rumah menjadi tempat belajar yang mudah untuk anak. Sediakan ruangan yang sepi & terorganisasi sebagai tempat belajar anak. Atur jadwal belajar yang nyaman & berikan dukungan dari seluruh anggota keluarga untuk membantu proses belajar anak. 4. Kerjasama dengan sekolah tempat anak belajar. Sering berkomunikasi dengan guru di sekolahnya untuk memastikan anak tidak tertinggal pelajarnya, bila memungkinkan minta rekaman/salinan bahan pelajaran hari itu untuk dipelajari nanti sepulang sekolah atau les khusus untuk membantunya belajar. F. Penanganan yang dapat dilakukan oleh guru di sekolah Dalam menangani anak dengan problem membaca atau dyslexia, guru perlu menjalin komunikasi dengan orang tua. Komunikasi dengan orang tua akan membantu pembelajaran anak menjadi lebih konsisten dan intensif, baik di rumah maupun di sekolah. Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh guru adalah menempatkan anak untuk duduk di barisan terdepan. Dengan duduk di depan, guru akan lebih mudah mengawasi anak selama proses pembelajaran. Jika memang sangat diperlukan, dapat disediakan guru bayangan (shadow teacher) secara khusus untuk mendampingi anak selama di kelas. Di samping itu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi kesulitan anak dalam membaca, seperti di bawah ini : Guru kelas atau guru bayangan (shadow teacher) selalu mengawasi atau mendampingi saat anak diberikan tugas, misalnya guru meminta dibuka halaman 15, pastikan anak tidak tertukar dengan membuka halaman lain, misalnya halaman 51. Saat mengerjakan tugas, guru dapat memberikan toleransi waktu kepada anak dyslexia, misalnya saat menyalin soal di papan tulis, mereka diberikan waktu lebih kepada anak. Selain itu, jika dimungkinkan guru menyiapkan latihan secara khusus kepada anak, misalnya ketika memberikan tugas menyalin dari papan tulis, guru dapat memberikan soal dalam bentuk tertulis di kertas saja. Guru dapat memberikan latihan anak dalam menulis sambung sambil memperhatikan cara anak duduk dan memegang pensilnya. Tulisan sambung memudahkan murid membedakan antara huruf yang hampir sama misalnya ’b’ dengan ’d’. Terlebih dahulu, anak harus diperlihatkan cara menulis huruf sambung karena keterampilan tersebut tidak dapat diperoleh begitu saja. Pembentukan huruf yang betul sangatlah penting dan anak harus dilatih menulis huruf-huruf yang hampir sama secara berulang kali. Misalnya huruf-huruf dengan bentuk bulat: ”g, c, o, d, a, s, q”, bentuk zig zag:”k, v, x, z”, bentuk linear:”J, t, l, u, y, j”, bentuk hampir serupa:”r, n, m, h”. Dalam pembelajaran matematika, guru maupun orang tua perlu melakukan pendekatan yang berbeda. Kebanyakan anak dyslexia lebih senang menggunakan sistem belajar yang praktikal. Selain itu, perlu disadari bahwa anak dyslexia mempunyai cara yang berbeda dalam menyelesaikan suatu soal matematika, sehingga guru ataupun orang tua tidka perlu untuk memaksakan cara penyelesaian yang klasik jika cara tersebut sukar diterima oleh sang anak. G. Strategi Mengatasi anak dislexia Sangat penting untuk mengingat bahwa meskipun dyslexia tidak membutuhkan perawatan(hanya bagaimana fungsi-fungsi kerja otak), orang dyslexia dapat belajar strategi-strategi untuk berpadu dengan pemikir-pemikir tingkat dunia yang tidak mengalami dyslexia. Pemikiran utama bahwa salah satu cara terbaik untuk mengajar anak dyslexia adalah melalui pendekatan keanekaragaman sensori motor. Pokok pikirannya adalah mengatur sebanyak mungkin kepekaan yang mungkin dapat dikembangkan dalam rangka menstimulasi bagian bahasa pada otak. Kegiatan yang dilakukan harus meliputi melihat, mendengar, berbicara, menulis dan memperagakan dalam rangka memastikan bahwa segala kegiatan belajar yang dilakukan anak telah terpenuhi. Dengan berjalannya waktu anda akan membuka diri anda menjadi salah satu contoh cara belajar terbaik bagi anak anda, tetapi dalam arti dengan melakukan beberapa cara berikut ini. Strategi memori banyak anak dyslexia terkendala dengan system kerja memori mereka,nomor telepon,nama,daftar,jadwal,catatan,akan sangat menyulitkan untuk diingat. • Pemetaan pikiran (lihat pada postingan tentang pemetaan pikiran / mind mapping) • Pengaturan penggunaan catatan/notebook untuk menuliskan informasi penting. • Perencanaan tujuan yang realistis misal: dua kegiatan ditambahkan untuk diselesaikan sebelum waktu bermain dimulai. • Menulis daftar • Menggunakan kode warna pada catatan/daftar/jadwal latihan selama bisa membantu ingatan visual mereka. • Gunakan kata penting catatan untuk menekankan kejadian, pengejaan, jadwal dll. • Penekanan kata ketika membaca atau mengeja. Strategi Visual – Bagaimana kita membuat anak dyslexia bersahabat 1. Selalu lakukan pemeriksaan mata untuk memeriksa apakah lapisan berwarna akan membantu dengan gangguan penglihatan (visual disruoption) 2. Kode penajaman warna dan pewarnaan pada informasi penting. 3. Mengganti warna kertas - percobaan untuk melihat sejauh mana hasil yang telah diperoleh. Kertas putih dapat menimbulkan efek silau yang dapat mengganggu otak anak dyslexia. 4. Pastikan pencahayaan pada tempat kegiatan yang tidak menyebabkan silau atau terganggu. 5. Coba beberapa kata untuk mengetahui kata mana yang paling mudah untuk dibaca-huruf tegak dianjurkan untuk anak dyslexia. 6. Gunakan bank kata dan uji pengejaan untuk membangun kepercayaan diri saat menulis.

0 komentar: